Suatu hari penisku mengelilingi dunia.
Ia menari di taman semesta.
Melewati padang rumput dengan ceria.
Berjalan dan kadang berlari bahagia.
Suatu hari ia dihadang vagina.
Penisku berdiri tegak dan terjaga
Dia menantang dengan sombongnya.
Tiba-tiba vagina mencengkeram penisku.
Penisku gemetaran lalu muntah-muntah
Ia kemudian meringkuk lemas
Semua keangkuhannya menjadi tak bermakna
Di hadapan vagina.
Penisku pun melanjutkan perjalanannya kembali.
Ia harus bangkit dari kelelahannya
untuk terus berjalan mengejar cita-citanya
yang setinggi langit dan seluas samudera
Suatu hari di tempat lain ia dihadang mulut.
Penisku berdiri tegak dan terjaga.
Lalu mulut itu berusaha melahap penisku.
Namun penisku bisa melepaskan diri.
Dengan tegap dan menjulang tinggi,
penisku tetap menantang.
Ternyata mulut tersebut dibantu vagina.
Vagina pun mencengkeram penisku.
Penisku ini pun kembali dicengkeram vagina.
Kembali ia gemetaran dan muntah-muntah.
Lalu meringkuk lemas.
Sesungguhnya keangkuhannya tak bermakna.
Penisku kembali melanjutkan perjalanannya.
Ia ingin menari di taman jiwa yang terdalam.
Berlari di padang semesta
Berselimutkan jutaan bintang
Menjulang tinggi menantang terang rembulan
Di hari lain, di tempat lain, penisku bertemu tiga sosok.
Mereka adalah mulut, vagina dan anus.
Penisku bukanlah seorang pengecut.
Ia tidak mudah menyerah.
Ia pun menantang mereka bertiga.
Tiga sosok dalam satu tubuh.
Trinitas yang Agung.
Oral, Genital, dan Anal.
Yang menguji keperkasaan penisku.
Yang menghilangkan makna semua keangkuhan penisku.
Setelah menantang mereka bertiga,
penisku akan tuntas menjalankan Dharma
yang menjadi takdirnya.
Apakah yang akan terjadi penisku?
Akankah dalam perjalanan spiritualnya, ia mencapai pencerahan?
Yang jelas, penis tak berhenti mencari.
Penisku takkan menyerah berjalan dan berlari mencari makna kehidupan.
Ia akan selalu keras kepala dan tak berhenti berjuang
menghadapi setiap Tanda Tanya yang dijumpainya.
Nürnberg, 7 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar